Rabu, 28 November 2018

Muda Kalah.

Punggung kekar tuan tabah kala itu merindu tempat bersandar. Di atas kursi kayu ia merebah. Memejam erat, bersedekap tangan. Mulut menganga, nafas tersengal.

Dikata, ia pelalai. Sebab saat itu ia timbun ashar bersama peluh. Tapi siapa sangka? Ia penyembah paling patuh. Lisan emasnya tiada pernah mengeluh. Sedap manis ia makan sebagai buruh. Memang, tabiat manusia suka salah angkuh. Ia salah roman dipandang orang.
Satu persatu burung murai berkicau. Berdenyut denyut memecah dingin yang mencekau. Tapi mentari yang lamat lamat undur diri. Acapkali bertukar dengan awang awang yang jarang ku jumpai. Bersama angin ia tebar wangi kasturi.

Dari muka jendela kamar kulayangkan pandang pada tuan tabah. Masih terlelap dengan pakaian lusuh pemberian borjuasi. Terganyih kalbu tuk menyadarkan diri. Pecah kabar saat telinganya mendengar 'ashar hampir tinggal'.

Ia terdayuk,
Lalu terduduk
Belum tandas,
Masih pantas

"Pinjam ragamu sebentar"

"Untuk apa?"

"Berjumpa dengan Nya"

Kemarin
Wiraga tegap
Wirasa kalap
Muda mati ter sergap

Hari ini
Tegap berganti rapuh
kalap berganti simpuh
Tua, mati matian berpeluh

Dik, pagi memuda.
Petang menua.
Begitu cepat lalunya
Seperti kita di dunia
akan fana pada masanya.

Sebelum hati kembali dihujani sarwa derita.
Ia enggan dosa jadikan histeria. Sebab bila Dia murka, kita bisa apa ?

Sebentar saja episodeku akan tamat, dan tulang tulangku habis di lumat liang zulmat. Tapi kapan muda nyata ber i'tikad?

Ah bedebah. Jangan mengiba jangan mengghibah. Karna kau sudah kalah.

Selasa, 20 November 2018

Kumpulan Sajak Pendek

"Aku berpuisi dalam rangka memahami semesta"
-della siska-

.
.
.
______________________________________

AKU

Dicipta
Biar menghamba

Di uji
Biar mandiri

Tapi
Rupanya ia penjahat kelas kakap
Kalap
Tersergap

Ia buta evaluasi
Pretensi
Mati arogansi

                                       🐣🐣

PUJANGGA

Mengeja kata
Menjejalkan makna
bukan astrofisika
Bukan pula budak cinta

Kadang mata memejam
Berintuisi memilih diksi
Kepayahan memainkan huruf
Menyeduh a,i,u,e,o pada sebuah shuhufu

Dikata penyair
Ia bukan
Dikata budak sastra
Juga bukan
Ia pemain kata
Pasif
Impulsif

                                      🐣🐣

KECEWA

Kemarin
Aku pelupa
Aku pemaaf

hari ini
Masih sama

Esok,
Mungkin tiada

                                    🐣🐣

RASULULLAH

Semurni cinta Nabi
Bak kasturi
Wanginya menyemai penduduk bumi
Ia adiluhung
Adiagung

Amr nahi
Ia ajar sampai mafhum
Nadb wujub
Tiada tertinggal

Afeksinya kronis,
Meski bertatap dengan pencela sadis
Menangis
Ter iris
Namun kemuliaanya tak henti tuk dilukis
Sebab diksi para darwis tak pernah habis

                                  🐣🐣

JARAK

J-arak
Dikata bukan pemisah
Hanya raga
Bukan rupa

Hanya rahasia
Semakin besar
Atau memudar

                                   🐣🐣

BERTAHAN

Menepi
Bukan beranjak
Meski hampa makna
Lantunkan doa tiada jeda

Kau pengembara
Aku pengembara
Jangan beriak
Jangan koyak

Bertemu
Lalu bertamu

                                       🐣🐣

KHIANAT

Pernah aku berkaca pada telaga
Kutemui seorang durjasa
Lain rupa lain raga
Kumandangnya menghuni jiwa jiwa yang alpa

Jiwa buram, kelam
Namun ia tiada faham
Bahwa Allah tak selamanya menguji
Akan tiba masa, para hamba di adili

                                  🐣🐣

ISTIQOMAH

Gagal
Tersengal
Telinga dijadikannya bengal
Menilik
Lalu mencekik

Tapi, saat raga mampu bangkit
Legit
Lalu sakit
Menjerit
Mati terhimpit

                                   🐣🐣

JILBAB dan AKHLAK

Ada dalam sebuah maklumat
Hijab tanda seorang taat
Tapi mata jahil manusia senang mengadili
Akhlak yang utama diperbaiki

Sebab langkah yang gontai
Acapkali makna itu sukar dicapai
Kau bukan khadijah bukan pula maryam
surga bagimu, masih temaram

                                    🐣🐣

HUJAN
seperti tak ingin lepas dari kota, hujan berjatuhan diantara miliaran manusia. Ia buat kuyup yang berpayung, pekat serupa lembayung.

Jiwa jiwa sarat,
Larut dalam luka, kian sekarat.
Aku tertegun membayangkan diriku
Kepayahan dilanda rindu.

                                        🐣🐣

AKAD

Penguji
Tak tau malu
Ucapnya bagai madu
Lagit menggigit

Tak ada angan ataupun ingin
Tapi senang merayu
Dasar dungu
Berhenti menggali perasaanku
Jika yang sesederhana akad saja anda tak mampu.

_______________________________________

Instagram : @dellasiskaa

Minggu, 18 November 2018

Larik Rabiah al Adawiyah

Aku menulis bukan untuk merasa tunai. Ia adalah rasa yang sulit kugambarkan oleh diriku sendiri. Kata demi kata yang kurapal, acap kali ku musnahkan. Tapi kata katalah yang melahirkan tulisan. Dan kata kata, ada sebelum tulisan. Dan hanya kata kata pula lah yang akan selalu ada setelah tulisan.

Fonem vokal yang berjatuhan dari atap kamarku terus merengek dan menggoda jari jemariku yang tertidur lelap. Gugup, berkeringat, jariku tak sanggup menulis, barang satu huruf. Kembali ku benarkan nafas, agar tulisanku menjadi pas. Namun ia hanya menyisakan kata "cinta" pada hati yang terluka berat.

Aku teringat pada sesuatu yang lekat. Ia tersusun dalam rangkaian kata yang tak mudah robek. Abadi meski semesta mengadili tanpa bahasa. Kala itu Rabiah berlari diantara ramainya pasar. Ditangan kirinya ada obor yang menyala, dan di tangan kanannya ia bawa seember air. Mata mata manusia terbelalak melihat tingkahnya, dan bertanya “Hai Rabiah, apa yang kamu lakukan?”

"dengan air ini aku ingin memadamkan neraka dan dengan api ini aku ingin membakar surga, agar setelah ini orang orang tidak lagi menyembah Tuhan karena takut neraka dan berharap surga. Aku ingin setelah ini hamba-hamba Tuhan akan menyembah-Nya hanya karena cinta” timpalnya.

Dan kebutaan tentang cinta Nya tak kan pernah mengering. Ia paksa mata tuk menangis, terus menerus hingga hilang dari wajah. Seperti ombak laut yang bertepukan, syair para darwis selalu menampar kepekaanku. Aku dan kisah ini, takkan pernah selesai. Bahwa menulis bukan alasan semua telah tunai.

Sabtu, 17 November 2018

Hatimu, jaga baik baik

Hatimu, jaga baik baik.

Gemercik berkah jatuh mengetuk ngetuk tanah. Terbata bata mengirim cinta si maha tabah.

Sore itu, bulan merah jambu tampak merekah. Membias cahayanya menjadi beberapa warna.
Menyusup tiap relung jiwa, menerobos masuk selaput mata.

Dear hati,
mengapa begini ? tak bosan pada tiap tetes mutiara yang kau seduh menjadi rima ? Katamu, kau akan bahagia bersama semesta bukan ?

Sembuhlah, tulang yang mungil lagi pucat sudah cukup membuatku sakit. Mata yang tak kunjung terpejam juga bibir yang masih saling membungkam sangat cukup menjadi saksi tiap malam.

"kau bukan siapa siapa!"

Tulismu pada bait terakhir. Kulihat tanganmu yang tak berdaging itu begitu mahir, merapal kata kata dzohir, seolah tak percaya pada takdir.

Dan pada tiap sujudku yang dalam, aku selalu meminta agar kau bahagia dengan segala ketetapan Nya. Meminta agar Allah senantiasa melukiskan rona jingga pada semesta, dan menurunkan hujan pada akhir malam. Untuk apa ? agar setelah kau bahagia kau terlelap dalam buaiannya.

hatimu, jaga baik baik.

26 juni 2018
oleh @dellasiskaa

Jangan main trabas.

Allah menguji hambanya dengan maksud, ya tentu maksud menguji bukan karna benci, tipis kemungkinan karna murka. Lagian wong sudah dikasih ko...