Minggu, 30 April 2017

"Candamu melukai ku"

Namanya Mahaz dzikrafei, aku biasa memanggilnya ahaz.
Dia teman satu kelasku, pemuda anti pacaran yang sedang menyusun jalan hijrah.

Dia pemuda yang ku kagumi, sangat jarang kutemui pemuda seperti dia. Semangat dakwahnya, juga prestasinya.

semakin hari kami semakin kenal, tak terlihat kebiasaan buruk padanya. Hingga akhirnya aku menyimpulkan bahwa "inilah pemuda muslim yang sesungguhnya".

Beberapa bulan berlalu. Aku dan teman teman mulai menyatukan tujuan. Tujuan dakwah demi membangun pribadi muslim yang baik. Aku dan beberapa temanku, juga ahaz ikut andil didalamnya. Kami sering diskusi tentang islam, hingga perbedaan datang.

Disini, aku dan ahaz selalu berlawan arah. Aku ke selatan dia ke utara, pembicaraan kami selalu berbeda. Sedang teman temanku hanya ikut ikut saja. Aku tak mempermasalahkan perbedaan itu, bagiku ini hal yang biasa.

Hari hari kami isi dengan diskusi, tentang ahok misalnya. Namun kembali lagi, pendapatku dan ahaz berbeda. Dan tiba saatnya, kala itu sekolah mengadakan Ujian Mid Semester. Ketika hari H ternyata materi ujian tak sesuai. Semua teman teman sibuk SKS (sistem kebut se jam). Aku hanya bisa berusaha dan pasrah. Ketika aku sedang membaca, terdengar suara ahaz

"woyy, kan kita ber enam.. nahh bagi bagi aja materinya. Elu yang ini, elu ini.. " bla bla blaa.. kata ahaz kepada kelima teman yang duduk di deretannya.

Mendengar itu, aku mendatangi mereka dan berkata "Allah.. ingat surat al Maidah ayat 2, dan jangan tolong...." belum selesai aku berkata, tapi mereka menertawakanku. Lagi lagi  Kuanggap itu hal biasa, karna sejak SMP aku selalu mendapatkan hal seperti itu. aku berlalu dan meninggalkan mereka.

Semua perlakuan mereka ku anggap bercanda. Karna ku yakin mereka adalah para pemuda, yang Allah kirim untuk membantuku menyebarkan syariat agama. Namun ternyata dugaanku salah, mereka selalu mengejekku, tak pernah menghargaiku. Memotong pembicaraanku, dengan tawa atau bahkan kata kata yang melukai.

Namun aku sadar, manusia tempatnya salah. Aku memilih untuk sabar dan terus mendoakan mereka. Tentu, tetap tersenyum dibalik kata kata bijak yang selalu membuatku tangguh.

Nampaknya, kesabaranku semakin di uji. Cemoohan yang mereka lontarkan semakin menyakitkan. Hatiku semakin hancur, kesabaran untuk tetap bahagia didepan mereka perlahan melebur.

satu di antara mereka mulai paham dengan perlakuanku. Malam itu, tepatnya pukul sembilan lewat dua puluh, dia mengirim pesan untukku.

Dari : Abiz

"What do you think ?? Okee afwan, ane ngaku ane salah.. basing ente mau maafin atau nggak.. tapi setidaknya ane udah minta maaf.. dan ane ngaku ane salah.. mungkin emang ane yg gagal faham apa maksud ente sebenernya karna ilmu ane msih kalah jauh dri ilmu ente. Jujur, ane gmana ya.. udh gmana gitu ngeliat kesabaran ente.. yaa ngga usah nyerah gitu aja.. psti ada hasilnya. Jangan buang dngan sia sia kesabaran ente slama ini.. syukron"

Begitulah pesan darinya. Saat itu pula aku berhenti berkomunikasi dengan mereka. Maksudku, bukan memutus persahabatan. Namun menjaga agar tidak melampaui batas.

Banyak nasehat yang kuterima, tentang apa yang seharusnya ku lakukan. Namun ku kira ini jalannya. Meski kecewa namun pasti akan kuraih ketenangan jiwa. Namun bukan berarti aku membenci mereka, hanya saja aku berharap mereka sadar. Bahwa tak semua candaan bisa diterima, sekali lagi meski niatnya hanya bercanda. Pasti akan timbul luka.

                                   @@@@

📝 : dellasiska
e-mail : dellasiska01@gmail.com
id line : dellasiska01
Wa : 08999553027

                         PERHATIKAN 😂😂

Cerita di atas adalah cerita fiktif. Tidak ada unsur menyindir. Karna hakikat dakwah menuntun bukan menuntut. Jika terjadi kesalah pahaman, istighfar tiga kali.

#inspirasihijrah
#tintasongan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan main trabas.

Allah menguji hambanya dengan maksud, ya tentu maksud menguji bukan karna benci, tipis kemungkinan karna murka. Lagian wong sudah dikasih ko...