Sahabat.. Aku juga mencintainya..
.
.
Tapi....
"menjaga perasaanmu adalah yang utama..
menjadi sahabat terbaik mu adalah cita cita..
maka, jangan hancurkan persahabatan kita hanya karena cinta..
sekarang, esok ataukah nanti..
aku harus bisa menghargai.. aku harus menghargai bahwa setiap jiwa berhak mencintai siapa saja..
aku harus bisa mengerti.. bahwa cinta tak harus selamanya ada..
dan ketika itu aku harus bisa menerima, menerima apapun yang diberikan Nya..
wahai sahabat hijrahku..
memang mencintai dalam diam itu menyakitkan, namun lebih menyakitkan bila aku membuatmu terluka ..
lebih baik jika aku diam, dan memendam rasa, hingga saatnya nanti rasa itu hilang dan aku kembali menemukan nya."
@@@@@
Dear sahabat bloggerku.. Setiap jiwa pasti pernah mencinta, mencintai Allah dan RasulNya adalah yang utama.. Namun, bukannya kita tak boleh mencintai manusia, hanya saja.. Ini yang harus kita jaga.
"Permasalahan terbesar yang pernah kuhadapi adalah, ketika si dia.. Sahabat baik ku, sedang jatuh cinta kepada laki2 yang aku juga menaruh rasa padanya"
Aku tau perasaanmu.. Aku tau maksud mu, tapi cobalah untuk tenang.. Makna cinta itu luas teman..
"Sepanjang waktu ketika kita bertemu, dia selalu membawa2 namanya.. Dia bercerita banyak hal tentangnya.."
Lantas kau berpura pura bahagia, padahal hatimu sangat terluka? Itu benar bukan?
Dear sahabat.. Cinta tak selamanya selalu ada. Adakalanya dia akan pergi, jika kau tau cinta akan hilang jika kita tak terlalu memikirkannya, lebih baik jika kau terluka, Dan jadilah sahabat yg selalu ada untuknya.
Sekali lagi,
Belajarlah untuk menjadi hamba Allah yang apa adanya.. Jangan memaksakan egomu. Karna banyak persahabatan yang hancur hanya karna cinta. Kau tau maksudku?
Jika tidak, simaklah kisah berikut ini..
***
Pada waktu itu Salman al farisi mendatangi seorang sahabatnya yang merupakan penduduk asli Madinah, Abu Darda’. Ia bermaksud meminta bantuan Abu Darda’ untuk menemaninya saat mengkhitbah wanita impiannya. Mendengarnya, Abu Darda’ pun begitu girang. “Subhanallah wa Alhamdulillah,” ujarnya begitu senang mendengar sahabatnya berencana untuk menikah. Ia pun memeluk Salman dan bersedia membantu dan mendukungnya.
Setelah beberapa hari mempersiapkan segala sesuatu, Salman pun mendatangi rumah sang gadis dengan ditemani Abu Darda’. Keduanya begitu gembira. Setiba di rumah wanita shalehah tersebut, keduanya pun diterima dengan baik oleh tuan rumah.
Saya adalah Abu Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman dari Persia. Allah telah memuliakan Salman dengan Islam. Salman juga telah memuliakan Islam dengan jihad dan amalannya. Ia memiliki hubungan dekat dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan Rasulullah menganggapnya sebagai ahlu bait (keluarga) nya,” ujar Abu Darda’ menggunakan dialek bahasa Arab setempat dengan sangat lancar dan fasih.
“Saya datang mewakili saudara saya, Salman, untuk melamar putri anda,” lanjut Abu Darda’ kepada wali si wanita, menjelaskan maksud kedatangan mereka.
Mendengarnya, si tuan rumah merasa terhormat. Tentu saja, ia kedatangan dua orang sahabat Rasulullah yang utama. Salah satunya bahkan berkeinginan melamar putrinya. “Sebuah kehormatan bagi kami menerima shabat Rasulullah yang mulia. Sebuah kehormatan pula bagi keluarga kami jika memiliki menantu dari kalangan shahabat,” ujar ayah si wanita.
Namun sang ayah tidaklah kemudian segera menerimanya. Seperti yang diajarkan Rasulullah, ia harus bertanya pendapat putrinya mengenai lamaran tersebut. Meski yang datang adalah seorang shahabat Rasul, sang ayah tetap meminta persetujuan sang putrid.
“Jawaban lamaran ini merupakan hak putri kami sepenuhnya. Oleh karena itu, saya serahkan kepada putri kami,” ujarnya kepada Abu Darda’ dan Salman AL Farisi.
Sang tuan rumah kemudian memberikan isyarat kepada istri dan putrinya yang berada dibalik hijab. Rupanya, putrinya telah menanti memberikan pendapatnya mengenai pria yang melamarnya. Mewakili sang putri ibunya pun berkata, “Mohon maaf kami perlu berterus terang,” ujarnya membuat Salman dan Abu Darda’ tegang menanti jawaban.
“Maaf atas keterusterangan kami. Putri kami menolak lamaran Salman,” jawab ibu si wanita tentu saja akan menghancurkan hati Salman. Namun Salman tegar.
“Namun karena kalian berdua lah yang datang, dan mengharap ridha Allah, saya ingin menyampaikan bahwa putri kami akan menjawab iya jika Abu Darda’ memiliki keinginan yang sama seperti Salman,” kata ibu si wanita shalihah idaman Salman, wanita yang Salman inginkan untuk menjadi istrinya, wanita yang karenanya ia meminta bantuan Abu Darda’ untuk membantu pinangannya. Namun justru wanita itu memilih Abu Darda’, yang hanya menemani Salman.
Bagaimana jika itu kau? seperti pria pada umumnya, maka hati Salman pasti hancur berkeping-keeping. Ia akan merasakan patah hati yang teramat sangat. Namun Salman merupakan pria shaleh, seorang mulia dari kalangan shahabat Rasulullah. Dengan ketegaran hati yang luar biasa, ia justru menjawab, “Allahu akbar!” seru Salman girang.
Tak hanya itu, Salman justru menawarkan bantuan untuk pernikahan keduanya. Tanpa perasaan hati yang hancur, ia memberikan semua harta benda yang ia siapkan untuk menikahi si wanita itu. “Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan akan kuberikan semua kepada Abu Darda’. Aku juga ajan menjadi saksi pernikahan kalian,” ujar Salman dengan kelapangan hati yang begitu hebat.
Demikian kisah cinta shabat Rasulullah yang mulia, Salman Al Farisi. Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari kisah tersebut. Ketegaran hati Salman patut dijadikan teladan. Beliau tak kecewa dengan apa yang belum ia miliki meski ia sangat menginginkannya. Smoga Allah meridhai Salman dan menempatkannya pada surga yang tertinggi.
MasyaAllah.. Bukan kah yang seperti itu yang Allah inginkan? Kita tetap menjaga persahabatan kita, karna bisa jadi orang yang paling kamu cintai di dunia akan menjadi orang yang paling kamu benci di hari kiamat nanti.
Cintai dia sewajarnya..
Ikhlaskan.. Hargai, mengerti.. Dan terima..
Salam ukhwah dari aku yaa.. Ehehhe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar